Mampukah kita menjadi isteri idaman suami? Saya selalu terfikir akan hal ini. Munasabah diri, mencari-cari ruang dan kelemahan apa yang saya ada dan boleh diperbaiki. Kerana saya sedar satu perkara, perkahwinan adalah kerja keras, dan usaha. Kebahagiaan rumahtangga saya perlu dicipta, bukan dinanti/ditunggu hadirnya. Saya hanya mampu mendoakan suami menjadi pasangan saya yang baik, tapi untuk mengubahnya, ia diluar kemampuan dan kawalan. Tapi, saya mampu mengubah diri ini menjadi seperti yang diinginkannya. Mungkin tidak 100% sempurna, tapi sekurang-kurangnya berusaha. Racun rumahtangga ialah ego. Apatah lagi jika ego itu adalah dipihak isteri. Tanpa sedar, kita tergelincir dalam ketaatan kita pada suami, sehingga kita terjerumus menjadi isteri yang nusyuz dan derhaka. Jadilah isteri yang terbaik untuk suami. Saya tidak nampak cara lain selain dari kita kembali kepada Allah swt. Bila hati dekat pada Allah, secara automatis jiwa kita jadi lebih terarah untuk mentaati suami dan saling terbuka dan meredhai kelemahan masing-masing. Perkahwinan bukan sahaja perjalanan dunia, tapi saya melihat ia sebagai perjalanan spiritual. Bila dah rasa settle down, dan mendapat jodoh yang Allah tentukan, perjalanan seterusnya ialah dengan pasangan untuk mencari redha Ilahi. Sama-sama meniti kehidupan yang akan datang untuk lebih istiqamah dan menjadi seorang muslim yang lebih baik dari sebelumnya. Kali ini, hikmatnya berganda kerana dalam perkahwinan itu sendiri begitu banyak pahala tersedia buat suami dan isteri. Bersamalah kita berdoa, wanita-wanita, berniat menjadi isteri yang terbaik buat suami, yang boleh menenangkan perasaan suami, tempat suami merasa aman tenteram, boleh menjadi penyokong suami untuk menjadi muslimin dan imam yang terbaik untuk diri kita. Menjadi penjaga suami dari kemaksiatan, bukan menggalakan suami menghampiri maksiat.
1. Al -Anaanah:
banyak berkeluh kesah. Yg selalu merasa tak cukup, apa yg diberi semua tak cukup. diberi rumah tak cukup, diberi motor tak cukup, diberi mobil tak cukup, dll. Asyik ingin memenuhi kehendak nafsu dia saja, tanpa memperhatikan perasaan suami, tak hormat kepada suami apalagi berterima kasih pada suami. apa yg suami beri pun tak pernah puas. Ada saja yg tak cukup.
2. Al-Manaanah:
suka mengungkit. Kalau suami melakukan hal yg dia tak berkenan maka diungkitlah segala hal tentang suaminya itu. sangat senang membicarakan suami: tak ingat budi, tak bertanggungjawab, tak sayang, dll. Padahal suami sudah memberi perlindungan macam2 padanya.
3. Al -Hunaana:
ingin pada suami yg lain atau berkenan kpd lelaki yg lain. sangat suka membanding-bandingkan suaminya dg suami/lelaki lain. Tak redha dg suami yg ada.
4. Al- Hudaaqah:
suka memaksa. Bila hendak sesuatu maka dipaksa suaminya melakukan. Pagi, petang malam asyik menekan dan memaksa suami. Adakalanya dg berbagai ancaman: ingin lari, ingin bunuh diri, ingin membuat malu suami, dll. Suami dibuat seperti budaknya, bukan sebagai pemimpinnya. Yg dipentingkan adalah kehendak dan kepentingan dia saja.
5. Al -Hulaaqa:
sibuk berdandan atau tidur atau santai2 dll hingga lalai dg ibadah-ibadah wajib dan sunnah, seperti solat berjemaah, wirid zikir, mengurus rumah-tangga, berkasih sayang dg anak2, dll.
6. As-Salaaqah:
banyak berbicara, bergunjing. Siang malam, pagi sore asik bergunjing terus. Apa saja yg suami kerjakan selalu tidak benar dimatanya. Zaman sekarang ni bergosip bukan saja berbicara di depan suami, tapi dg telfon, SMS, internet, BBM dan macam2 cara yang lain . Yg jelas isteri lebih sering menyusahkan suami dg kata2nya yg menyakitkan.
semoga kita tidak termasuk salah dari ke enam golongan tersebut, aamiinn..
kredit: SINI
No comments:
Post a Comment